Background

Zaman Edan: Indonesia Di Ambang Kekacauan

Pengarang Richard Lloyd Parry
Penerbit Serambi, ISBN: 978-979-024-058-2, 452 hal. Ukuran: 13 x 20,5 cm, Terbit: Mei 2008
Harga: 49.900,00

Buku penuh fakta mengejutkan ini menuturkan kisah reportase wartawan terkemuka Richard Lloyd Parry di Indonesia antara 1996-1999.

Dia meliput dari dekat dan mengalami langsung peristiwa pembantaian etnis dan kanibalisme di Kalimantan pada 1997 dan 1999, demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal di Jakarta 1998, serta pembumihangusan Timor Timur oleh milisi dan tentara Indonesia menyusul jajak pendapat yang mengantarkan kemerdekaan negara itu pada 1999.

Ditulis dengan lancar, akrab, dan enak dibaca, buku ini membuka mata kita akan segala peristiwa kelam di negeri ini yang kerap ditutup-tutupi, sekaligus mengajak kita merenungkan kembali makna reformasi setelah 10 tahun rezim Orde Baru tumbang dan memaknai momen 100 tahun kebangkitan nasional.

Pujian:
"...gambaran nyata tentang sebuah bangsa yang sedang meluncur ke titik terendahnya ..."
—Literary Review (London)

"Richard Lloyd Parry adalah wartawan pemberani dan tak kenal lelah yang masuk jauh ke dalam borok kejahatan manusia dan kembali dengan sebuah kisah yang nyaris terlalu menggiriskan untuk dipercaya ... Reportase yang ditulis dengan indah dan berani."
—Literary Review (London)

"Solidaritas terhadap orang-orang yang paling menderita mendorong lahirnya kesaksian ini ... Zaman Edan—buku Richard Lloyd Parry tentang pergulatan Indonesia antara represi dan reformasi—mengambil tema yang memiliki daya tarik luar biasa."
—The Independent (London)

"Yang terbaik dari buku sejenis, muncul dari tengah kekacauan menjelang kebangkrutan pemerintahan Suharto pada 1998 ..."
—Financial Times Magazine (London)

"Jurnalisme sastrawi dalam praktik dan contoh nyata. Liputan Richard Lloyd Parry tentang konflik Dayak-Madura di Kalimantan, kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, serta referendum berdarah di Timor Leste disajikan dalam sebuah dongeng mirip novel. Dan, inilah novel horor yang membuat film-film Alfred Hitchcock terasa hambar, sekaligus membuat kita akan bertanya: inikah wajah Indonesia sebenarnya?"
—Farid Gaban, pemimpin redaksi Madina

Categories: Share

Leave a Reply